KONFERENSI
ASIA AFRIKA 2015
Momen bersejarah Konferensi Asia
Afrika menginjak usia ke-60 pada 2015 ini. Peringatan konferensi yang sangat
berpengaruh terhadap perdamaian dunia tersebut akan berlangsung 19-24 April di
Bandung dan Jakarta. Pada konferensi pers di Istana Presiden, Jum'at (9/1),
Menteri Luar Negeri Retno P Marsudi menyatakan bahwa Pemerintah akan mengundang
106 wakil negara dan 19 organisasi internasional untuk berpatisipasi dalam
acara tersebut. Tema yang akan diusung dalam Peringatan ke-60 tahun Konferensi
Tingkat Tinggi (KTT) Asia Afrika adalah "Penguatan Kerjasama Negara
Selatan-Selatan".
"Tema yang akan kita jual
dalam peringatan 60 tahun KAA adalah perkuatan, straigthening, kerjasama
selatan-selatan. Akan tetapi, pada saat yang sama kita juga menginginkan agar
kerjasama selatan-selatan ini juga memberikan kontribusi terhadap upaya untuk
mempromosikan perdamaian dan kesejahteraan dunia," paparnya.
Rangkaian kegiatan yang
direncanakan meliputi pertemuan internal
antarwakil negara pada 19-23 April 2015 di Jakarta. Rencananya dimulai
pertemuan tingkat pejabat tinggi, diteruskan dengan pertemuan tingkat menteri,
dan diakhiri dengan pertemuan tingkat kepala negara/pemerintahannya.
Sementara itu, acara puncak
peringatan akan berlokasi di Bandung, tepatnya di Gedung Merdeka yang sekarang
disebut sebagai Gedung Asia Afrika. Gedung tersebut adalah lokasi dimana
Konferensi Asia Afrika dulu dilaksanakan pada 1955.Selain itu, ada beberapa
acara besar lainnya yang akan digelar di Bandung seperti Asia Afrika Carnival
dan Asia Afrika Forum Bisnis.
Ridwan Kamil selaku Walikota
Bandung berencana akan memberlakukan hari libur pada 24 April 2015 sehingga
warga Bandung dapat bergabung dalam perayaan tersebut. Ia mengatakan bahwa
tidak kurang dari 15 acara tingkat nasional akan disusun menuju peringatan
puncak di Bandung.Selain itu, pada acara itu akan digelar konferensi HAM dan
teknologi.Pihaknya juga akan mengundang CEO bisnis dunia.
"Akan ada parade lebih dari
100 negara peserta yang tampil dengan kostum nasional disertai musik masing-masing
negara, mereka akan menampilkan budaya sendiri. Peringatakan Konferensi Asia
Afrika tahun ini diwarnai banyak musik dan warna, pasti akan sangat berkesan,"
tambah Ridwan Kamil.
Sementara itu, Presiden
Indonesia, Joko Widodo, menyatakan bahwa ini adalah momen yang sempurna bagi
dunia untuk mengingat bahwa Indonesia telah memainkan sejarah penting dalam
sejarah dunia. Ia berharap bahwa peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika
dapat menghidupkan hal itu dan meminta agar semua pihak bisa mempersiapkan
Peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA) ke-60 dengan baik.
“Kita tahu ini adalah sebuah
momentum yang sangat baik bagi negara kita untuk kembali mengingatkan kepada
dunia bahwa kita mempunyai peran yang sangat besar pada saat itu dan kita ingin
memori dan ingatan itu kita ingin angkat kembali,”jelas Jokowi.
Oleh sebab itu, lanjut Jokowi,
Indonesia harus mempersiapkan peringatan KTT Asia Afrika dengan baik. Mulai
dari akomodasi, logistik, pengamanan protokol, dan juga dari segi petugas
kesehatan. "Karena praktis waktunya tinggal 3 bulan lagi," tegas
Jokowi.
Konferensi demi
Perdamaian Dunia
Konferensi Asia Afrika diadakan
usai Perang Dunia II, ketika kondisi keamanan dunia belum stabil dan terjadinya
Perang Dingin antara Amerika Serikat (pemimpin Blok Barat)dan Rusia (pemimpin
Blok Timur). Kedua kekuatan besar yang saling berlawanan dan mencari dukungan
dari negara-negara di Asia Afrika tersebut juga saat itu terus mengembangkan
senjata pemusnah massal sehingga situasi dunia selalu diliputi kecemasan
terjadinya perang nuklir. Dari sinilah negara-negara yang baru merdeka
menggalang persatuan mencari jalan keluar demi meredakan ketegangan dunia.
Pemerintah Indonesia, melalui
saluran diplomatik melakukan pendekatan kepada 18 Negara Asia Afrika untuk
mengetahui sejauh mana pendapat negara-negara tersebut terhadap ide pelaksanaan
Konferensi Asia Afrika demi meredakan ketegangan dunia. Ternyata umumnya mereka
menyambut baik dan menyetujui Indonesia sebagai tuan rumah konferensi. Termasuk
pula dukungan dan desakan dari Perdana Menteri Jawaharlal Nehru dari India yang
berharap segera melaksanakan konferensi setelah melakukan pertemuan langsung
dengan Perdana Menteri Indonesia, Ali
Sastroamidjojo.
Demi menggagas konferensi, pada
28 - 29 Desember 1954, atas undangan Perdana Menteri Indonesia, para perdana
menteri peserta Konferensi Kolombo (Indonesia, India, Pakistan, Birma, Ceylon)
mengadakan pertemuan di Bogor pada 28-31 Desember 1954 untuk membicarakan
persiapan Konferensi Asia Afrika. Pertemuandi Bogor berhasil merumuskan
kesepakatan tentang agenda, tujuan, dan negara-negara yang diundang pada
Konferensi Asia Afrika, termasuk
persiapan penyelenggaraan KAA.
Lima perdana menteri yang hadir
dalam pertemuan di Bogor adalah: Perdana Menteri Ali Sastroamijoyo dari
Indonesia, Perdana Menteri Jawaharal Nehru dari India, Perdana Menteri Mohammad
Ali Jinnah dari Pakistan, Perdana Menteri Sir John Kotelawa dari Srilanka, dan
Perdana Menteri U Nu dari Myanmar. Kelima tokoh itulah yang kemudian dikenal
sebagai Pelopor Konferensi Asia Afrika dengan hasil kesepakatan yang kemudian
dikenal sebagai Konferensi Panca Negara dan Indonesia dipilih menjadi tuan
rumah konferensi tersebut dimana Presiden Soekarno sebagai pemimpinpertemuan
menunjuk Kota Bandung sebagai tempat berlangsungnya konferensi.
Konferensi Asia Afrika
dilaksanakan Bandung dan dibuka oleh Presiden Soekarno. Para pemimpian negara
yang hadir adalah: Jawaharlal Nehru dari India, Sir John Kottalawala of
Srilanka, Muhammad Ali dari Pakistan, Norodom Sihanouk dari Kamboja, U Nu dari
Myanmar, Abdel Nasser dari Mesir, Zhou En lai dari China, dan lainnya.
Konferensi Asia Afrika di Bandung
berhasil meraih kesuksesan baik dalam merumuskan masalah umum, menyiapkan
pedoman operasional kerjasama antarnegara Asia-Afrika, serta menciptakan ketertiban
dan perdamaian dunia. Hasil dari pertemuan tersebut kemudian dikenal sebagai
"10 Dasasila Bandung" dimana di dalamnya memuat cerminan penghargaan terhadap hak asasi manusia,
kedaulatan semua bangsa, dan perdamaian dunia.
Berikut adalah isi Dasasila Bandung.
1.
Menghormati hak-hak asasi manusia sesuai dengan
Piagam PBB.
2.
Menghormati kedaulatan wilayah setiap bangsa.
3.
Mengakui persamaan semua ras dan persamaan semua
bangsa baik besar maupun kecil.
4.
Tidak melakukan campur tangan dalam soal-soal
dalam negara lain.
5.
Menghormati hak tiap-tiap bangsa untuk
mempertahankan diri secara sendirian atau secara kolektif.
6.
Tidak melakukan tekanan terhadap negara lain.
7.
Tidak melakukan agresi terhadap negara lain.
8.
Menyelesaikan masalah dengan jalan damai.
9.
Memajukan kerjasama dalam bidang ekonomi,
sosial, dan budaya.
10.
Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban
internasional.
Setelah kesepakatan dari
Konferensi Asia Afrika di Bandung disusun, satu per satu negara di Asia dan
Afrika memperjuangkan serta memperoleh kemerdekaannya. Hal ini jugalah yang
memupuskan niatan kubu Blok Barat seperti Inggris, Belanda, Perancis dan
Spanyol untuk meneruskan penjajahan dalam bentuk neokolonialisme.
Meskipun kini sebagian besar
negara peserta Konferensi Asia Afrika sudah merdeka dari jajahan kolonialisme,
namun masih banyak yang belum terlepas dari kemiskinan, inilah alasan
diadakannya kembali KAA di Jakarta dan Bandung pada April 2015 mendatang.
Konferensi ini masih sangat relevan untuk dilaksanakan. Kalau dulu tujuan KAA
pertama seluruh negara berkumpul untuk merdeka, sekarang semua juga bekerja
sama untuk mengupayakan memerdekakan negara Asia- Afrika dari kemiskinan. Salah
satu agenda utama KAA di Indonesia, yang akan dihadiri oleh 109 pemimpin negara
adalah mengenai kemajuan ekonomi.
Pemerintah Indonesia melalui
dukungan negara-negara lainnya akan berusaha mendorong dan memajukan kerja sama
selatan-selatan, yang memberikan hasil konkret dan kontribusi nyata untuk
kesejahteraan negara di Asia Afrika dan juga akan merevitalisasi kemitraan
strategis lainnya. Seperti diketahui, 75 persen penduduk dunia ada di
Asia-Afrika. GDP di Asia-Afrika juga mencapai US$21 triliun. Sebanyak satu
miliar warganya berasal dari kelas menengah, berarti ada peluang pasar yang
besar. Selain masalah ekonomi, KAA juga akan mengangkat sejumlah topik, seperti
solidaritas dalam politik, pembangunan, dan hubungan sosial budaya antar-negara
Asia dan Afrika.
Pertemuan pejabat tinggi dari
kawasan Asia-Afrika akan dihelat di Jakarta pada 22-23 April. Kemudian, pada 24
April, seluruh perwakilan negara akan menuju ke Bandung untuk melakukan prosesi
napak tilas KAA.
Semakin dekat dengan waktu
penyelenggaraan, persiapan panitia penyelenggara dari kementerian luar negeri
dan lintas kementerian lainnya sudah maksimal. Dimana pertemuan dengan
stakeholders, pimpinan redaksi media, akademisi, dan para senior untuk memberi
masukan KAA telah beberapa kali dilakukan. Selain itu diseminasi informasi juga
sudah terlaksana, dimana panitia sudah berkoordinasi dengan kementerian luar
negeri negara lain dan kedubes mereka di Jakarta.
Ditunjuknya Indonesia menjadi
tuan rumah dalam peringatan Konferensi Asia-Afrika (KAA), tentu saja menjadi
momen berharga bagi Indonesia untuk kembali memberikan kontribusi bagi
perdamaian dunia. Dalam sejarahnya Konferensi Asia-Afrika pertama kali digelar
pada 18-24 April tahun1955.
Indonesia dan negara lainnya
seperti Myanmar, Srilanka, India, dan Pakistan menjadi inisiatornya. Selain
untuk mempromosikan kerja sama ekonomi dan Asia-Afrika, gerakan ini juga
dianggap sebagai sikap melawan kolonialisme Amerika Serikat dan Uni Soviet
serta negara imperialis lainnya. Dan discussion board ini pula yang menjadi
cikal bakal terbentuknya Gerakan Non-Blok pada 1961. Selain memperingati 60
tahun Konferensi Asia Afrika, dalam perhelatan ini juga akan diperingati 10 tahun
kerja sama strategis negara-negara Asia dan Afrika, New Asia-Africa Partnership
Strategic (NAPS).
Pada April 1955, Bandung mencatat
sejarah sebagai kota yang menjadi pusat pertemuan negara-negara di Asia dan
Afrika. Itulah yang dikenal dengan
Konferensi Asia Afrika (KAA) yang melahirkan Dasasila Bandung. Dasasila ini
melahirkan pernyataan mengenai dukungan bagi perdamaian dan kerjasama dunia.
Dasasila Bandung ini memasukkan prinsip-prinsip dalam Piagam PBB dan
prinsip-prinsip Nehru. Konferensi ini akhirnya membawa kepada terbentuknya
Gerakan Non-Blok pada 1961.
Menjelang bulan April 2015,
Bandung bersiap-siap untuk menggelar event besar 60 tahun Konferensi Asia
Afrika. Memang bukan hanya Kota Bandung yang menjadi tuan rumah. Pada event
pertama akan digelar di Jakarta pada 19-23 April 2015. Sedangkan di Bandung
sendiri akan dilangsungkan pada 24 April 2015 di. Untuk kegiatan di Jakarta akan
diisi pertemuan tingkat pejabat tinggi. Kegiatan lainnya adalah pertemuan
setingkat menteri.
Adapun pertemuan kedua yang akan
dilangsungkan di Bandung dilaksanakan pada 24 April. Tanggal tersebut sekaligus
juga merupakan puncak acara. Dimana dalam pertemaun tersebut, para pemimpin
negara Asia-Afrika akan bertemu di Bandung. Pertemuan itu sekaligus sebagai
napak tilas seperti ketika Konferensi Asia Afrika dibuka pertama kali pada
1955.
Acara lainnya yang digelar yaitu
Asia-Africa Business Summit dan Asia-Africa Festival. Acara pertama
dipersiapkan guna mendorong kerjasama ekonomi. Kegiatan ini diikuti para
pengusaha dan kamar dagang dan industri dari negara-negara di kawasan
Asia-Afrika. Sementara pada kegiatan peringatan KAA ini, akan dihadiri sebanyak
109 kepala negara dan 25 organisasi internasional.
Sementara tema yang akan diangkat
dalam peringatam 60 tahun KTT Asia Afrika adalah perkuatan, stragthening,
kerjasama selatan-selatan. Kerjasama selatan-selatan sekaligus juga ajang
kampanye global akan kontribusi terhadap upaya untuk mempromosikan perdamaian
dan kesejahteraan dunia.
Ada 34 Kepala Negara yang
dipastikan menghadiri peringatan 60 tahun Konferensi Asia-Afrika di Jakarta dan
Bandung pada 19 sampai 24 April pekan depan. Dari sederet kepala negara yang
dipastikan hadir belum tercantum nama Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe.
"Kita tunggu konfirmasi
finalnya, tapi sudah strong indication," Kepala Sub Direktorat Kerja Sama
Intra Kawasan Asia Pasifik dan Afrika, Ferdy Piay di Kementerian Luar Negeri,
Jalan Pejambon, Jakpus, Kamis (16/4/2015).
Tamu undangan yang mengirimkan
para kepala negaranya adalah RRT, Democratic People of South Korea, Iran,
Madagaskar, Malawi, Myanmar, Namibia, Siera Leon, Afsel, Sudan, Timor Leste,
Vietnam, Zimbabwe, Bangladesh, Kamboja, Mesir, Gabon, Malaysia, Nepal,
Pakistan, Palestina, Rwanda, Singapura dan Thailand.
Sedangkan yang mengirim wakil kepala negaranya adalah
Aljazair, Angola, Liberia, Filipina dan Zambia. Sisanya mengirim utusan
perwakilan, mulai dari menteri atau setingkat duta besar.
Menurut Ferdy, masih ada beberapa negara yang belum
mengkonfirmasi soal siapa yang hadir. Namun rata-rata dari mereka kemungkinan
besar akan mengirim para kepala negara.
Latar Belakang Pelaksanaan
Konferensi Asia Afrika
Politik luar negeri Indonesia
adalah bebas aktif. Bebas, artinya bangsa Indonesia tidak memihak pada salah
satu blok yang ada di dunia. Jadi, bangsa Indonesia berhak bersahabat dengan
negara mana pun asal tanpa ada unsur ikatan tertentu. Bebas juga berarti bahwa
bangsa Indonesia mempunyai cara sendiri dalam menanggapi masalah internasional.
Aktif berarti bahwa bangsa Indonesia secara aktif ikut mengusahakan terwujudnya
perdamaian dunia. Negara Indonesia memilih sifat politik luar negerinya bebas
aktif sebab setelah Perang Dunia II berakhir di dunia telah muncul dua kekuatan
adidaya baru yang saling berhadapan, yaitu negara Amerika Serikat dan Uni
Soviet. Amerika Serikat memelopori berdirinya Blok Barat atau Blok kapitalis
(liberal), sedangkan Uni Soviet memelopori kemunculan Blok Timur atau blok
sosialis (komunis).
Dalam upaya meredakan ketegangan
dan untuk mewujudkan perdamaian dunia, pemerintah Indonesia memprakarsai dan
menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika. Usaha ini mendapat dukungan dari
negara-negara di Asia dan Afrika. Bangsa-bangsa di Asia dan Afrika pada umumnya
pernah menderita karena penindasan imperialis Barat. Persamaan nasib itu
menimbulkan rasa setia kawan. Setelah Perang Dunia II berakhir, banyak negara
di Asia dan Afrika yang berhasil mencapai kemerdekaan, di antaranya adalah
India, Indonesia, Filipina, Pakistan, Burma (Myanmar), Sri Lanka, Vietnam, dan
Libia. Sementara itu, masih banyak pula negara yang berada di kawasan Asia dan
Afrika belum dapat mencapai kemerdekaan. Bangsa-bangsa di Asia dan Afrika yang
telah merdeka tidak melupakan masa lampaunya. Mereka tetap merasa senasib dan
sependeritaan. Lebih-lebih apabila mengingat masih banyak negara di Asia dan
Afrika yang belum merdeka. Rasa setia kawan itu dicetuskan dalam Konferensi
Asia Afrika. Sebagai cetusan rasa setia kawan dan sebagai usaha untuk menjaga
perdamaian dunia, pelaksanaan Konferensi Asia Afrika mempunyai arti penting,
baik bagi bangsa-bangsa di Asia dan Afrika pada khususnya maupun dunia pada
umumnya.
Prakarsa untuk mengadakan
Konferensi Asia Afrika dikemukakan pertama kali oleh Perdana Menteri RI Ali
Sastroamijoyo yang kemudian mendapat dukungan dari negara India, Pakistan, Sri
Lanka, dan Burma (Myanmar) dalam Konferensi Colombo.
B. Konferensi
Pendahuluan Sebelum Konferensi Asia Afrika
Sebelum Konferensi Asia Afrika dilaksanakan, terlebih dahulu
diadakan konferensi pendahuluan sebagai persiapan. Konferensi pendahuluan
tersebut, antara lain sebagai berikut.
1) Konferensi Kolombo (Konferensi Pancanegara I).
Konferensi pendahuluan yang pertama diselenggarakan di
Kolombo, ibu kota negara Sri Lanka pada tanggal 28 April–2 Mei 1954. Konferensi
dihadiri oleh lima orang perdana menteri dari negara sebagai berikut.
a) Perdana Menteri Pakistan : Muhammad Ali Jinnah b) Perdana
Menteri Sri Lanka : Sir John Kotelawala c) Perdana Menteri Burma (Myanmar) : U
Nu d) Perdana Menteri Indonesia : Ali Sastroamijoyo e) Perdana Menteri India :
Jawaharlal Nehru
Konferensi Kolombo membahas masalah Vietnam, sebagai
persiapan untuk menghadapi Konferensi di Jenewa. Di samping itu Konferensi
Kolombo secara aklamasi memutuskan akan mengadakan Konferensi Asia Afrika dan
pemerintah Indonesia ditunjuk sebagai penyelenggaranya. Kelima negara yang
wakilnya hadir dalam Konferensi Kolombo kemudian dikenal dengan nama
Pancanegara. Kelima negara itu disebut sebagai negara sponsor. Konferensi
Kolombo juga terkenal dengan nama Konferensi Pancanegara I.
2) Konferensi Bogor (Konferensi Pancanegara II).
Konferensi pendahuluan yang kedua diselenggarakan di Bogor
pada tanggal 22–29 Desember 1954. Konferensi itu dihadiri pula oleh perdana
menteri negara-negara peserta Konferensi Kolombo.
Konferensi Bogor memutuskan hal-hal sebagai berikut.
a) Konferensi Asia Afrika akan diselenggarakan di Bandung
pada bulan 18-24 April 1955. b) Penetapan tujuan KAA dan menetapkan
negara-negara yang akan diundang sebagai peserta Konferensi Asia Afrika. c)
Hal-hal yang akan dibicarakan dalam Konferensi Asia Afrika. d) Pemberian
dukungan terhadap tuntutan Indonesia mengenai Irian Barat.
Konferensi Bogor juga terkenal dengan nama Konferensi
Pancanegara II.
C. Pelaksanaan
Konferensi Asia Afrika
Sesuai dengan rencana, Konferensi
Asia Afrika diselenggarakan di Bandung pada tanggal 18–24 April 1955.
Konferensi Asia Afrika dihadiri oleh wakil-wakil dari 29 negara yang terdiri
atas negara pengundang dan negara yang diundang.
Negara pengundang meliputi : Indonesia, India, Pakistan, Sri
Lanka, dan Burma (Myanmar).
Negara yang diundang 24 negara
terdiri atas 6 negara Afrika dan 18 negara meliputi Asia (Filipina, Thailand,
Kampuchea, Laos, RRC, Jepang, Vietnam Utara, Vietnam Selatan, Nepal,
Afghanistan, Iran, Irak, Saudi Arabia, Syria (Suriah), Yordania, Lebanon,
Turki, Yaman), dan Afrika (Mesir, Sudan, Etiopia, Liberia, Libia, dan Pantai
Emas/Gold Coast).
Negara yang diundang, tetapi
tidak hadir pada Konferensi Asia Afrika adalah Rhodesia/Federasi Afrika Tengah.
Ketidakhadiran itu disebabkan Federasi Afrika Tengah masih dilanda pertikaian
dalam negara/dikuasai oleh orang-orang Inggris. Semua persidangan Konferensi
Asia Afrika diselenggarakan di Gedung Merdeka, Bandung.
Latar belakang dan
dasar pertimbangan diadakan KAA adalah sebagai berikut.
Kenangan kejayaan masa lampau dari beberapa negara di
kawasan Asia Afrika.
Perasaan senasib sepenanggungan karena sama-sama merasakan
masa penjajahan dan penindasan bangsa Barat, kecuali Thailand.
Meningkatnya kesadaran berbangsa yang dimotori oleh golongan
elite nasional/terpelajar dan intelektual.
Adanya Perang Dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur.
Memiliki pokok-pokok yang kuat dalam hal bangsa, agama, dan
budaya.
Secara geografis letaknya berdekatan dan saling melengkapi
satu sama lain.
Tujuan diadakannya
Konferensi Asia Afrika, antara lain:
memajukan kerja sama bangsa-bangsa di Asia dan Afrika dalam
bidang sosial, ekonomi, dan kebudayaan;
memberantas diskriminasi ras dan kolonialisme;
memperbesar peranan bangsa Asia dan Afrika di dunia dan ikut
serta mengusahakan perdamaian dunia dan kerja sama internasional.
bekerja sama dalam bidang sosial, ekonomi, dan budaya,
membicarakan masalah-masalah khusus yang menyangkut
kepentingan bersama seperti kedaulatan negara, rasionalisme, dan kolonialisme.
Konferensi Asia Afrika membicarakan hal-hal yang menyangkut
kepentingan bersama negara-negara di Asia dan Afrika, terutama kerja sama
ekonomi dan kebudayaan, serta masalah kolonialisme dan perdamaian dunia.
Kerja sama ekonomi dalam
lingkungan bangsa-bangsa Asia dan Afrika dilakukan dengan saling memberikan
bantuan teknik dan tenaga ahli. Konferensi berpendapat bahwa negara-negara di
Asia dan Afrika perlu memperluas perdagangan dan pertukaran delegasi dagang.
Dalam konferensi tersebut ditegaskan juga pentingnya masalah perhubungan
antarnegara karena kelancaran perhubungan dapat memajukan ekonomi. Konferensi
juga menyetujui penggunaan beberapa organisasi internasional yang telah ada
untuk memajukan ekonomi.
Konferensi Asia Afrika menyokong
sepenuhnya prinsip dasar hak asasi manusia yang tercantum dalam Piagam PBB.
Oleh karena itu, sangat disesalkan masih adanya rasialisme dan diskriminasi
warna kulit di beberapa negara. Konferensi mendukung usaha untuk melenyapkan
rasialisme dan diskriminasi warna kulit di mana pun di dunia ini. Konferensi
juga menyatakan bahwa kolonialisme dalam segala bentuk harus diakhiri dan
setiap perjuangan kemerdekaan harus dibantu sampai berhasil. Demi perdamaian
dunia, konferensi mendukung adanya perlucutan senjata. Juga diserukan agar
percobaan senjata nuklir dihentikan dan masalah perdamaian juga merupakan
masalah yang sangat penting dalam pergaulan internasional. Oleh karena itu,
semua bangsa di dunia hendaknya menjalankan toleransi dan hidup berdampingan
secara damai. Demi perdamaian pula, konferensi menganjurkan agar negara yang
memenuhi syarat segera dapat diterima menjadi anggota PBB.
Konferensi setelah membicarakan
beberapa masalah yang menyangkut kepentingan negara-negara Asia Afrika
khususnya dan negara-negara di dunia pada umumnya, segera mengambil beberapa keputusan
penting, antara lain:
memajukan kerja sama bangsa-bangsa Asia Afrika di bidang
sosial, ekonomi, dan kebudayaan;
menuntut kemerdekaan bagi Aljazair, Tunisia, dan Maroko;
mendukung tuntutan Indonesia atas Irian Barat dan tuntutan
Yaman atas Aden;
menentang diskriminasi ras dan kolonialisme dalam segala
bentuk;
aktif mengusahakan perdamaian dunia.
Selain menetapkan keputusan tersebut, konferensi juga
mengajak setiap bangsa di dunia untuk menjalankan beberapa prinsip bersama,
seperti:
menghormati hak-hak dasar manusia, tujuan, serta asas yang
termuat dalam Piagam PBB;
menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua
bangsa;
mengakui persamaan ras dan persamaan semua bangsa, baik
bangsa besar maupun bangsa kecil;
tidak melakukan intervensi atau ikut campur tangan dalam
persoalan dalam negeri negara lain;
menghormati hak-hak tiap bangsa untuk mempertahankan diri,
baik secara sendirian maupun secara kolektif sesuai dengan Piagam PBB;
a)tidak menggunakan peraturan-peraturan dari pertahanan
kolektif untuk bertindak bagi kepentingan khusus salah satu negara besar;
b)tidak melakukan tekanan terhadap negara lain;
tidak melakukan tindakan atau ancaman agresi ataupun
penggunaan kekerasan terhadap integritas teritorial atas kemerdekaan politik
suatu negara;
menyelesaikan segala perselisihan internasional secara damai
sesuai dengan Piagam PBB;
memajukan kepentingan bersama dan kerja sama internasional;
menghormati hukum dan kewajiban internasional lainnya.
Kesepuluh prinsip yang dinyatakan dalam Konferensi Asia
Afrika itu dikenal dengan nama Dasasila Bandung atau Bandung Declaration.
D. Pengaruh
Konferensi Asia Afrika bagi Solidaritas dan Perjuangan Kemerdekaan Bangsa di
Asia dan Afrika
Konferensi Asia Afrika membawa pengaruh yang besar bagi
solidaritas dan perjuangan kemerdekaan bangsa di Asia dan Afrika. Pengaruh
Konferensi Asia Afrika adalah sebagai berikut.
Perintis dalam membina solidaritas bangsa-bangsa dan
merupakan titik tolak untuk mengakui kenyataan bahwa semua bangsa di dunia
harus dapat hidup berdampingan secara damai.
Cetusan rasa setia kawan dan kebangsaan bangsa-bangsa Asia
Afrika untuk menggalang persatuan.
Penjelmaan kebangkitan kembali bangsa-bangsa di Asia dan
Afrika.
Pendorong bagi perjuangan kemerdekaan bangsa di dunia pada
umumnya serta di Asia dan Afrika khususnya.
Memberikan pengaruh yang besar terhadap perjuangan
bangsa-bangsa di Asia dan Afrika dalam mencapai kemerdekaannya.
Banyak negara-negara Asia-Afrika yang merdeka kemudian masuk
menjadi anggota PBB.
Selain membawa pengaruh bagi solidaritas dan perjuangan
kemerdekaan bangsa di Asia dan Afrika, Konferensi Asia Afrika juga menimbulkan
dampak yang penting dalam perkembangan dunia pada umumnya. Pengaruh atau dampak
itu, antara lain sebagai berikut.
Konferensi Asia Afrika mampu menjadi penengah dua blok yang
saling berseteru sehingga dapat mengurangi ketegangan/détente akibat Perang
Dingin dan mencegah terjadinya perang terbuka.
Gagasan Konferensi Asia Afrika berkembang lebih luas lagi
dan diwujudkan dalam Gerakan Non Blok.
Politik bebas aktif yang dijalankan Indonesia, India, Burma
(Myanmar), dan Sri Lanka tampak mulai diikuti oleh negara-negara yang tidak
bersedia masuk Blok Timur ataupun Blok Barat.
Belanda cemas dalam menghadapi kelompok Asia Afrika di PBB
sebab dalam Sidang Umum PBB, kelompok tersebut mendukung tuntutan Indonesia
atas kembalinya Irian Barat ke pangkuan RI.
Australia dan Amerika Serikat mulai berusaha menghapuskan
diskriminasi ras di negaranya.
Konferensi Asia Afrika dan pengaruhnya terhadap solidaritas
antarbangsa tidak hanya berdampak pada negara-negara di Asia dan Afrika, tetapi
juga bergema ke seluruh dunia.
Konferensi Tingkat Tinggi
Asia–Afrika (disingkat KTT Asia Afrika atau KAA; kadang juga disebut Konferensi
Bandung) adalah sebuah konferensi antara negara-negara Asia dan Afrika, yang
kebanyakan baru saja memperoleh kemerdekaan. KAA diselenggarakan oleh
Indonesia, Myanmar (dahulu Burma), Sri Lanka (dahulu Ceylon), India dan
Pakistan dan dikoordinasi oleh Menteri Luar Negeri Indonesia Sunario. Pertemuan
ini berlangsung antara 18 April-24 April 1955, di Gedung Merdeka, Bandung,
Indonesia dengan tujuan mempromosikan kerjasama ekonomi dan kebudayaan
Asia-Afrika dan melawan kolonialisme atau neokolonialisme Amerika Serikat, Uni
Soviet, atau negara imperialis lainnya.
Sebanyak 29 negara yang mewakili
lebih dari setengah total penduduk dunia pada saat itu mengirimkan wakilnya.
Konferensi ini merefleksikan apa yang mereka pandang sebagai ketidakinginan
kekuatan-kekuatan Barat untuk mengkonsultasikan dengan mereka tentang keputusan-keputusan
yang memengaruhi Asia pada masa Perang Dingin; kekhawatiran mereka mengenai
ketegangan antara Republik Rakyat Tiongkok dan Amerika Serikat; keinginan
mereka untuk membentangkan fondasi bagi hubungan yang damai antara Tiongkok
dengan mereka dan pihak Barat; penentangan mereka terhadap kolonialisme,
khususnya pengaruh Perancis di Afrika Utara dan kekuasaan kolonial perancis di
Aljazair; dan keinginan Indonesia untuk mempromosikan hak mereka dalam
pertentangan dengan Belanda mengenai Irian Barat.
Sepuluh poin hasil pertemuan ini kemudian tertuang dalam apa
yang disebut Dasasila Bandung, yang berisi tentang "pernyataan mengenai
dukungan bagi kerusuhan dan kerjasama dunia". Dasasila Bandung ini
memasukkan prinsip-prinsip dalam Piagam PBB dan prinsip-prinsip Nehru.
Konferensi ini akhirnya membawa kepada terbentuknya Gerakan
Non-Blok pada 1961.
REFERENSI